“September ceria… September ceria… Milik kita bersama” sebuah penggalan dari lagu yang sangat legendaris, September ceria yang dinyanyikan oleh Vina Panduwinata. Ada sebuah nada optimis di liriknya, begitupula jika kita mendengarkan di keseluruhan lagu. Terlebih lagi keceriaan di bulan September ternyata adalah milik kita bersama.

Mungkin senada dengan lagu Vina Panduwinata, berbagai komunitas di Makassar juga ikut merayakan sebuah keceriaan dari berbagai ide dengan satu acara yang dikerjakan secara bersama yaitu bernama “September Ceria Festival”. Festival ini diadakan selama dua hari, 29-30 September 2017 di Rumata’ Art Space. Pilihan untuk menggelar festival ini di Rumata’ ternyata karena Rumata’ merupakan rumah budaya yang dijalankan secara independen, bagi mereka ini sesuai dengan tema besar festival yaitu untuk mewujudkan “Ekonomi Alternatif” secara independen.

Ide awal yang katanya datang dari obrolan di pinggir jalan ini ternyata bisa berkembang menjadi salah satu cara untuk mengekspresikan potensi dan kemampuan masing-masing komunitas. Seperti berdirinya berbagai stand baju dan souvenir, juga stand kopi dan gorengan, area khusus untuk pembaca dengan berbagai buku yang disediakan, dan beberapa karya yang dipajang di dinding ruangan Rumata’.

September Ceria Festival juga menghadirkan diskusi tentang tema mereka yaitu “Ekonomi Alternatif” bersama Herry Sutresna. Lalu berbagai kegiatan yaitu Workshop Zine dan Kolase, juga “Recycle and Craft Day“. Tidak lupa pula penampilan dari berbagai band Indie dari Makassar yang turut ikut menceriakan Festival ini.

Ada banyak hal yang terjadi di September Ceria Festival, dari diskusi besar sampai obrolan-obrolan sore dengan teh atau kopi di bawah pohon yang juga berlangsung di dua hari itu. Selain menawarkan keceriaan, September Ceria Festival juga menawarkan kekuatan dari kemandirian itu sendiri.
RUMATA’ ARTSPACE