Berkenalan Dengan Emerging Writers MIWF 2024
Selamat kepada para penulis yang telah ditetapkan oleh tim kurator MIWF 2024 sebagai Emerging Writers tahun ini. Pengumuman penulis terpilih tahun ini cukup penuh dengan kejutan. Nama-nama terpilih sebagai Emerging Writers MIWF 2024, ternyata tidak hanya lima orang seperti yang diumumkan sebelumnya, tetapi tujuh!
Mari berkenalan dengan tujuh Emerging Writers yang akan meramaikan panggung MIWF 2024 di bulan Mei ini.
Julia F. Gerhani Arungan
(Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat)Lahir di Lombok, 1982. Menulis puisi, cerita pendek, dan naskah drama. Sejumlah puisinya masuk dalam bunga rampai Seratus Penyair Perempuan (KPPI, 2014), Dari Negeri Poci 5: Negeri Langit (Komunitas Radja Ketjil, 2014), Taman Pitanggang (Akarpohon, 2015), dan Ibu (Antologi Kata, 2019). Menulis antologi puisi tunggal Ibuku Mengajari Bagaimana Mengisi Peluru (CV Halaman Indonesia dan Akarpohon, 2021). Sekarang bermukim di Sandik, Lombok Barat.
Nuraisah Maulida Adnani
(Mataram, Nusa Tenggara Barat)Nuraisah Maulida Adnani lahir di Tulungagung, Jawa Timur, 27 Januari 2001. Alumnus Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Universitas Mataram. Cerpen-cerpennya dimuat di berbagai media, baik online mau pun cetak. Saat ini bergiat di komunitas Akarpohon, juga mengelola perpustakaan Teman Baca, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat.
Varla R. Dhewiyanti
(Kubu Raya, Kalimantan Barat)Penulis asal Kalimantan Barat, karya-karyanya banyak berbicara tentang isu kesehatan mental. Mulai menulis sejak bangku SMP, cerpen pertamanya Awan Kelinci terbit di majalah Bobo. Salah satu artikelnya tentang pengalaman berkunjung ke Kecamatan Selimbau, Kabupaten Kapuas Hulu dimuat Majalah Femina. Cerpennya berjudul Timi Mengenakan Senyum masuk 10 besar pemenang Sayembara Cerita Kesehatan Mental “Nuraga” yang diadakan Penerbit Sekala Kecil dan Rumah dengan Telinga dimuat dalam Antologi Bersama “Rahasia Keluarga” Vol.2 – Okky Madasari dan Alumni OM Institute. Karyanya yang lain juga mengangkat tema sama berjudul Pernikahan, Pasta Gigi, dan Kalimat-Kalimat Panjang yang Memusingkan.
Yuan Jonta
(Manggarai, Nusa Tenggara Timur)Yuan Jonta adalah alumni Psikologi Universitas Sanata Dharma yang tinggal di Ruteng, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Dia juga seorang pegawai negeri sipil di Pemkab Manggarai yang aktif bergiat bersama Klub Buku Petra Ruteng. Beberapa cerpennya pernah dimuat di Bacapetra, Tempo, dan Kompas. Pada Tahun 2023, Yuan Jonta menjadi salah satu peserta terpilih dalam Sayembara Pembaca Flores Writers Festival.
Dunstan Obe
(Kupang, Nusa Tenggara Timur)Lahir di Dili, 19 Mei 1998. Menulis puisi, esai, dan kritik sastra. Karya-karyanya telah disiarkan di sejumlah media cetak dan daring. Bergiat di Komunitas Sastra Dusun Flobamora, Kupang. Ia terpilih sebagai salah satu pemenang Sayembara Membaca Flores Writers Festival (2021). Alumnus Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Katolik Widya Mandira.
Novan Leany
(Samarinda, Kalimantan Timur)Asal Samarinda, Kalimantan Timur. Pegiat seni dan pencinta kopi. Telah menerbitkan buku pertamanya “Eufolina” pada tahun 2019. Puisi-puisinya pernah tayang di berbagai media massa, antara lain Koran Tempo, Mata Puisi, Koran Sumbar dan Beritabaru.co. Kini bergiat di komunitas Macandahan. Dalam waktu terdekat pula sedang berproses untuk persiapan buku antologi puisi keduanya dan sekarang menetap di Yogyakarta melanjutkan pendidikan studi S2 psikologi.
Andi Batara Al Isra
(Makassar, Sulawesi Selatan)Andi Batara Al Isra menyelesaikan program sarjana di bidang Antropologi, Universitas Hasanuddin dan melanjutkan studinya ke jenjang master di the University of Auckland, New Zealand dengan jurusan yang sama. Selain menulis artikel jurnal dan laporan penelitian, Batara juga menulis cerpen dan puisi. Cerpennya berjudul “Mengenang Padewakkang” diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris oleh Dalang Publishing, sebuah penerbit yang berbasis di Californa. Buku solo pertamanya adalah kumpulan puisi “Di Seberang Gelombang” (2019). Saat ini, dia aktif sebagai dosen di Departemen Antropologi Unhas dan sebagai peneliti juga editor di Yayasan Antropos Indonesia. Batara dan tim Antropos baru saja menerbitkan buku tentangRumata’ Dua Belas Tahun Membangun Kebudayaan.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!